Monthly Archives: April 2014

Memboyong Mama Jelajah ke Negeri Singa

Jalan-jalan juga ke Universal Studio

Jalan-jalan dibayarin orangtua itu emang asyik, tapi jalan-jalan bareng orangtua dengan budget pribadi itu sangat luar biasa dan menyenangkan.

Sebenarnya sudah sejak lama saya mengajak orang tua untuk jalan-jalan bareng, bahkan saat papa masih ada. Walau hanya domestik seperti Jepara, Bandung dan Putri Duyung Cottage tapi ada banyak momen yang saya dapat. Lepas papa meninggal, fokus beralih pada nyokap. Saat itu cari waktu serta berburu tiket murah untuk jalan-jalan menuju Yogyakarta dan Bali.

Selama 4 tahun terakhir ini, cukup banyak traveling domestik dan internasional yang saya lakukan. Dan sejak akhir tahun 2013 lalu, saya meniatkan diri untuk bisa memboyong sang ibu untuk melihat Negeri Singa. Mulanya hanya rencana, karena ada teman ibu yang kebetulan tinggal di Singapura tapi tengah mudik.

Akhirnya saya mantapkan rencana awal, first step. Bikin passport! Dulu saya pikir bikin paspor orang tua itu sulit, karena tiada akta lahir ataupun ijasah sekolah. Gambling dan berasa was-was ditolak karena hanya mengandalkan surat nikah gereja, akhirnya diloloskan. Kemudahan tak hanya pada pembuatan paspor, informasi promo tiket bagi pemilik kartu kredit tertentu memudahkan saya untuk mendapat tiket Rp1juta PP/2 org. Cukup hemat.

Pilihan tanggal saya pilih 2 bulan ke depan, setidaknya masih ada waktu untuk nabung dan menambah dolar yang saat itu nyaris menembus Rp 9.700 (anggap saja 10rb). Semula saya hendak mengajak nyokap ke hostel yang biasa saya tinggal. Tapi karena banyak hal pertimbangan, termasuk setelah confirmed hanya satu malam saja yg ada attach bathroom, akhirnya saya putuskan untuk mencari hotel yang dekat dengan stasiun MRT.

Jadi gini, kalau biasanya saya ke Singapore selalu berkonsep low budget (low-low-low banget), sekarang harus kasih extra fasilitas. Cari cari dan mencari, akhirnya dapat juga satu hotel yang masih masuk dalam budget, Hotel Marrison. Kalau dibilang masuk budget, dengan banyak pertimbangan, hotel ini cukup layak karena posisi letak yang yahud (sekitar 100meter dari Exit D MRT Bugis). 

Dapet rekomendasi untuk datang ke sini

Persiapan lebih matang, termasuk itinerary hendak ke mana, kartu MRT tambahan untuk nyokap, serta satu koper untuk mempermudah perjalanan. (hehehe.. Padahal gak pernah banget deh bawa koper, kecuali trip bareng undangan ke luar negeri saat jadi wartawan. Ya iyalahh… beda treatment).

Cukup OOT-nya. Tepat sebulan lalu, 5-8 Maret, akhirnya saya memboyong nyokap. Naik Damri ke Terminal 2, terminal yang harus esktra waktu karena jarak ke gate yang super jauh (Terminal 3 itu sangat ramah banget buat mereka yang trip bareng lansia ataupun anak-anak). Tanpa delay, kami tiba di terminal 2 (seru deh kalau dapet cap di paspor).

Sore itu memang tidak ada jadwal, keluar dari Changi, langsung menuju Bugis. Untung sudah membaca peta, jadi tidak sulit mencari jalan menuju hotel. Soalnya hanya menyebrangi jalan sisi lain Bugis Junction. Rupanya lagi, di situ ada EXIT D dari MRT Bugis (hahahha… maklum, itu exit memang baru difungsikan akhir Desember 2013 kemarin. Exit D itu pula yang menghubungkan Bugis ke MRT ChinaTown).

Memastikan pesanan kamar sudah ada, letak tas, nyokap istirahat sebentar, sementara saya menuju China Town untuk mengambil tiket River Safari yang saya pesan dari Jakarta pada seorang teman yang kebetulan kerja di Araya Tour (jangan sungkan untuk banding harga, lumayan kan bila bisa mendapat harga lebih murah. Ini berlaku untuk hotel juga lho, bandingkan harga Agoda.com dengan agen tour setempat dan situsnya langsung. Siapa tahu Anda beruntung seperti saya).

Saat kami tiba di Singapura, Rabu itu merupakan Rabu Abu. Alhasil saya harus mencari gereja terdekat dengan Bugis, agar bisa merayakannya. Travel boleh jalan terus, tapi ibadah enggak boleh lupa dong. Pilihan jatuh ke Gereja St. Joseph, yang masih lurusan Victoria Street. Senangnya bisa ibadah di negeri orang. Secara bahasa, nyokap pasti gak ngerti tapi setidaknya ada pengalaman baru yang ia dapat.

Lepas dari ibadah, kami menanti kedatangan Hadi, seorang teman yang selalu menyempatkan diri bersua bila saya berkunjung ke Singapura, begitu pula sebaliknya bila ia datang ke Indonesia. Malam itu, kami diajak menikmati makan malam vegetarian. Berjalan melewati dua blok di belakang Bugis, makanannya enak dan nyum nyum… no complaint, harus dicoba kalau datang lagi ke situ. (maaf, nama dan lokasi di mana harus tanya ulang Hadi. Gak inget euy).

View di dalam River Safari

Dari mula, saya sudah bilang sama nyokap di Singapura itu penduduknya lebih banyak jalan kaki serta naik kereta. Karena sudah diwanti-wanti sejak awal, dan untungnya ngokap gak ngeluh sih, selama perjalanan nggak ada keluhan. Termasuk hari pertama kami menuju River Safari. Lokasi hotel di Beach Road, dilewati bus SAEx (Singapore Attractions Express) menuju Singapore Zoo/River Safari. Ongkosnya SGD 5/pax. Bus ini saya pilih lantaran mudah, dan direct sehingga enggak perlu gonta-ganti kendaraan.

Enaknya bila semua system sudah berjalan dengan baik, semua jadwal sangat rapi. Bus yang melewati shelter Beach Road (Shaw Tower) tiba pukul 09.08 (cek di sini jadwalnya http://www.saex.com.sg) dan sebelum jam ketibaan saya sudah menanti. Bus SAEX ini sendiri bentuknya beda dari bus-bus umum biasanya, dan tertera pada bagian depan Jurong Bird Park/Zoo/River Safari. Di tengah kota itu, bus mengambil penumpang di tempat yang telah ditentukan dan sangat ontime.  

Tempat pemberhentian bus, persis ada di depan complex kebun binatang, bersampingan dengan pemberhentian bus umum. Asyik kan? Baiklah, karena sudah ada tiket, akhirnya kami melaju masuk, foto-foto dan voila. Di gerbang utama, kami ditanya apakah sudah ada tiket untuk naik kapal. Ahaaa… kira harus mengeluarkan ekstra budget lagi, tapi rupanya tiket yang saya beli sudah termasuk tiket naik kapal dan jadwalnya 11:30. Seru sih, semua tertata rapi.

Semula saya kira River Safari ini menawarkan atraksi di atas kapal sambil melihat-lihat seluruh kompleks. Tapi saya salah. Wisata ini masih sama seperti kebun binatang, melihat aquarium-aquarium besar yang dibagi berdasarkan sungai-sungai dunia. Saya pribadi sih asyik-asyik saja, bahkan kurang lama karena nyokap hanya melihat dan melenggang.

Selain ikan-ikan, ada juga dua panda raksasa Kai Kai dan Jia Jia. Tapi hanya Kai Kai saja yang kelihatan asyik teridur nyaman dalam ruang ber-AC. Oh iya, di sini ada juga panda merah lho. Imut dengan bulu buntut panjang berurai. Memasuki area Amazon, di sinilah tempat kapal berada, atau tepatnya masih satu lokasi selain ikan dan panda yang ada dalam kompleks. Di sini ada leopard, flamengo dan lain sebagainya. Informasi itu terlihat jelas dalam televisi di garis antrian.

Sayangnya, sempat ada kendala teknis saat kami antri. Waduh, jauh-jauh datang ternyata harus gagal naik kapal itu kan aneh. Akhirnya sabar menanti dan harus bolak-balik, (padahal sudah diberi voucher compliment SGD 5 sebagai pengganti), akhirnya masalah teknis selesai dan kami pun masuk. Hahaha… Boat ride ini hanya berlangsung 10 menit dan yeahhh.. memang semuanya tertata rapi, yeah meski masih agak smelly-smelly gitu deh. Buat atraksi ini setidaknya butuh 3 jam, untuk santai sampai makan siang.

Nah, karena jadwal SAEx masih terlampau sore, akhirnya kami putuskan untuk pulang dengan bus umum. Hehehe… Again, gak perlu khawatir, karena penjelasan MRT sangatlah mudah dimengerti dan dijamin gak akan nyasar.

Belum sah kalau nggak foto di spot ini

Sore hari, Hadi sudah memberi saran untuk ke Merlion Park. Oh yeah, saya lupa jalur bus jauh lebih mudah ketimbang MRT. Hahaha… Luckily my mom ain’t complaint. Jadi, jalan jauh sampai menuju patung Singa yang terkenal. Foto-foto melihat matahari mulai memudar, menanti sampai pertunjukkan lampu laser dari MBS. Lepas itu, baru kami kembali ke Bugis. Nyokap boleh istirahat, sementara saya dan Hadi mampir ke Ah Chew Desserts, yang lokasinya hanya di sebelah blok.

Perut kenyang, ngobrol ngalor-ngidul, gak terasa waktu sudah pukul 22.30, saatnya untuk istirahat. Karena besok, Bu Sis, teman nyokap juga datang ke Singapore dan kami harus menuju Orchard menunggu. Hahaha… Sebenernya ini adalah tetangga dekat rumah, sekaligus ibu dari teman gereja saya. Gak banyak peristiwa sih, karena memang janjian di Hotel Mandarin Orchard jam 10.00. Apa nyana, ternyata harus molor dan nyaris pukul 11.30, baik Bu Sis dan cucunya Aya, baru tiba. Hihihih… mungkin agak rempong karena biasanya semua tahu beres, sementara ini baru kali jalan dengan cucunya saja.

Padahal dekat rumah, tapi janjian bareng ketemu di Singapura

Tapi itu enaknya, selalu ada yang menarik. Setelah sekejab meletakkan barang di kamar hotel, akhirnya ramai-ramai kami ke Lucky Plaza. Well, seperti biasa belanja-belanji. Saya sendiri sebenarnya gak terlalu minat belanja karena dasarnya semua barang sama aja kok :d hanya label plastik Singaura aja yang kesannya jadi wah! hihihi… anyway, makan siang pun kami dapatkan di situ. Murah meriah memang dan enaknya jalan sama lansia, kadang makan gak habis, jadi baiknya satu porsi berdua saja. Itu pun sudah menghemat.

Perjalanan lanjut ke Sentosa Island, tapi ya gitu deh keluar masuk mal, tetep aja belanja 😀 hehehe… gak apa, karena kan cuma sekedar mampir ke Universal Studio dan liat Merlion lagi disitu. Jalan santai, belanja, lihat-lihat sebentar, belanja, makan, dan belanja. Waktu berjalan dengan cepat. Memang, saya dan nyokap langsung pulang dan istirahat.

Tiada aktifitas lagi malam itu. Sementara besok adalah hari terakhir, dan dipastikan kembali belanja di China Town. Uhuuuyyy… Kesempatan bersua dengan Hadi hanya sebentar saja, jeprat-jepret dan kami harus segera ke bandara.

Overall, serunya bisa ngajak my mom jelajah negeri Singapura. Walau tidak sempurna, setidaknya dia tahu ini salah satu negara yang sudah berapa kali saya kunjungi. Senang, pasti! Boros? Iya, tapi sekali waktu untuk orangtua tak apa. Bangga-nya itu lho yang gak bisa tergantikan 😀

Sampai jumpa di lain cerita….

Categories: 2014, Travelling | Tags: , , , , , , , , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.