Monthly Archives: April 2019

Kemping Private Gunung Pangrango

Edelwise di hamparan luas puncak Gunung Pangrango

Sejatinya mau ke Papandayan, tapi apa nyana, yang tersedia adalah Pangrango, Cusss… Tema Gunung harus dijalani tahun ini.

Sayangnya, nggak ngeh nih kalau Pangrango adalah gunung tertinggi kedua di Jawa Barat, jadi pede banget ya langsung ngacir. Alamat deh pengalaman yang tak terlupakan. Gimana nggak, jalan santai dari warung menuju based camp, Kampung Badak, 9 (sembilan) jam. Iya, seriusan 9  jam saking santai dan inget nafas 😀 pun begitu hendak tiba di base camp, hujan turun. Baiklah, berlindung dibalik jas hujan sementara kaki terus melangkah.

Sampai tenda, kami langsung masak-masak. Kenapa? Laper berat dong, kan sembilan jam jalan kaki 😀 nanjak, bebatuan pula. Fine… masih ceria. Karena hujan pula, tiada kegiatan malam yang sejatinya bisa saja masak-masak lagi. Tapi hujan deras diiringi petir (hm… sangat tak terbiasa dan seakan2 dekat), baiklah bangun dini hari rasanya sudah cukup.

Salah satu pos pemberhentian sebelum lanjut

Pagi hari, tim terbagi dua. Hanya kami bertiga yang memutuskan untuk lanjut ke Mandalawangi. Masih semangat untuk tahu rute menuju tempat yang sangat difavoritnya “Soe Hok Gie”. Dengan persiapan dikit di tas masing-masing, jam 7.30 WIB, kami putuskan untuk jalan segera mengingat sore harus segera turun.

Well, perjalanan tidak mudah. Seriusan treknya luar biasa. Hahaha.. Tapi sudahlah ya, karena niat kami pun berhasil muncak Pangrango dan tiba pukul 11.10 WIB. Foto-foto sejenak (sayang Gunung Gede sebelah ketutup awan, jadi gak terlihat), lanjut ke dataran savana Mandalawangi.

Di situ kami beristirahat sejenak, pun mengisi kantong air, dan minta api untuk bisa minum energen dan snack. Sebelum akhirnya kabut turun dan setitik gerimis turun. Kami pun memutuskan kembali ke camp.

Melalui trek yang sama, waktu turun memang lebih cepat tapi ya itu tadi, harus esktra hati2. Pun hati harus segera turun gunung karena cuaca yang kurang bersahabat.

Setiba di camp, rombongan pertama sudah turun. Jadi kami harus segera bersih-bersih, masak untuk isi perut sebelum memutuskan turun. Meski dibilang guide ada saja yang turun lepas petang, tapi karena kami bertiga punya kekurangan di mata a.k.a minus dan berkacamata, akhirnya kami ijin pamit turun lebih dulu dan memulai track 16.15 WIB.

Gerimis yang mulai turun, serta niatan untuk melalui jalur air panas yang agak sulit sebelum magrib terlaksana dengan baik. Guide kami dengan cepat menyusul dan kami tiba satu jam setelah berjalan kaki di jalur air panas.

Kemping private ceritanya 😀

Keputusan kami tepat, karena berada di atas Gunung dengan kondisi pohon-pohon yang rapat, serta hujan, alamat kondisi gelap lebih cepat turun. Boleh dibilang kami ngebut berjalan sampai jelang 3 pos terakhir dan hujan belum juga henti.

Di belakang kami terdengar dari HT bahwa ada rekan yang terjebak di jalur air panas serta pingsan, begitu juga satu rekan yang sudah berada di pos 1 tapi enggan untuk turun. Info yang kami dengar semakin memantapkan kami untuk turun santai namun steady. Dengan sepatu yang sudah basah, jalur tangga batu yang terus harus kami lalui, kondisi air minum yang sudah sangat menipis. Akhirnya dengan selamat dan kami tiba di sampai gerbang utama Gede-Pangrango pukul 22:15 WIB.

Akses jalan menuju puncak Pangrango

What a long journey? Will I hate it? No, obviously not. Hanya perlu diakui kalau kurang latihan. Ada satu teman yang mengatakan luar biasa hebat bisa langsung ke Pangrango, sebuah apresiasi yang luar biasa. Next, rencananya masih ada gunung-gunung lain ah buat disambangi.

Untuk kali ini, trip berakhir dengan kesedihan. Once I turned on my phone, just heard the news my mom were rushed into the hospital. 

Categories: 2019, Travelling | Tags: , , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.