Berlin, Kota Bersejarah yang Wajib Kunjung

Terminal Berlin lepas naik kereta dan Flixbus

Kucing-kucingan antara petugas dan penumpang nakal di bidang transportasi ternyata juga ada di negara maju, tepatnya di Jerman. So, kita layak bangga karena kucing-kucingan itu udah nggak ditemui di sini. *Setidaknya itu yang gue rasa.

Okay, lanjut ke cerita di mana Jerman menjadi negara kedua yang bakal dikunjungi. Jerman itu luas dan banyak kota utama yang menarik untuk dilihat. Ada Berlin, Frankfurt, Stuttgart, Cologne, Munich, etc. Tapi karena keterbatasan waktu, akhirnya diputuskan untuk menjelajah kota sejarah Berlin dengan durasi waktu 5 hari 4 malam.

Urusan tempat tinggal sempat jadi perdebatan. Apakah tetap menginap di AirBnB yang berada di pusat kota namun gambling dapat pemilik rumah yang tidak ramah, atau di hotel yang cukup murah tapi jauh dari kota dan tidak akan bersinggungan dengan pemilik rumah.

Detik-detik terakhir, daripada mikir kepanjangan ya sudahlah. Berharap aja pemilik AirBnB nggak riweuh, syukur-syukur nggak harus bertemu sapa. Lumayan kan hidup tenang, tidur lelap selama durasi inap. Hehehe…

Kaiser Wilhelm Memorial Church

Selasa, 10 Sept 2019
Setelah menempuh perjalanan dengan bus malam, kami tiba sesuai dengan waktu yang tertera dalam tiket. Hanya sedikit lebih telat karena tersendat masuk terminal. Karena masih bawa gembolan dan rute hari ini cukup turun naik bus dan menembus taman-taman, kami menitipkan luggage di terminal. Locker-locker ini banyak tersedia. Ada yang kecil, dan ada yang cukup besar. Harganya beragam tapi untuk ukuran besar di terminal ini EUR4.

Ingat! Jangan dirupiahkan, ini lagi jalan-jalan. Perhitungannya nanti saja. Hehehe… Karena belum tahu pasti rute ada di AB atau BC, akhirnya kami beli tiket ABC biar lebih aman. Sedikit lebih mahal, tapi bisa dipakai seharian alias 24 jam untuk bus, subway, metro, etc. Sejatinya tiket yang sudah keluar ini harus divalidasi, tapi sewaktu kedatangan pertama tidak terlihat mesin validasi itu.

Jadwal hari ini ada tiga, yaitu mengunjungi Kaiser Wilhelm Memorial Church, Schloss Charlotteburg, dan Tiergarden. Rute ini dipilih sesuai dengan itinerary yang dibuat di awal. Agar tidak buang waktu dan jalan menuju arah yang sama.

Well, hari pertama tidak ada kendala. Makan siang yang menyenangkan. Tiba di lokasi AirBnB pun tak kesulitan. Oh iya, pastikan bila menggunakan AirBnB, perhatikan detil penyimpanan kunci ya. Karena tempat kami menginap punya lokasi penyimpanan kunci yang cukup unik. Layaknya teka-teki. Beruntung tidak ada kendala dan masuk apartemen dan kamar yang tersedia tanpa harus bersama dengan penghuni rumah.

Tiergarten Park, Berlin

Memang, untuk penginapan ini kami hanya menyewa satu kamar dengan dua tambahan kasur terpisah yang di tempatkan di lantai. Tapi ada balkon untuk melihat pemandangan di luar, pun semua terdeksripsi sesuai dengan gambar. Anyway, bongkar muat tas dilakukan. Mulailah atraksi masak memasak. Masak? Iya. Untuk trip Berlin ini memang sengaja bawa rice cooker dan beras biar sedikit hemat. Lumayan dong ketemu nasi, Bonchon, kentang garing, abon, etc. Jadi sebagian ada yang mandi, masak di kamarlah ya, dan bongkar koper. Selesai sudah.

Hm.. Ada bunyi sesuatu di kamar sebelah. Kiranya itu pemilik apartemen, *pikir aye. Tapi sepertinya bukan, itu hanya seseorang yang juga rasanya ingin ke kamar mandi. Hahaha… Emang sejak kami tiba, kamar mandi sudah kami ambil alih seperti layaknya rumah sendiri. Jadi kalau ada orang lain, ya wasalam. Perhatikan ya, karena AirBnB, plus share room, otomatis harus bersiasat buat urusan kamar mandi. Either paling pagi, atau paling malam biar tidak terganggu.

Jelang malam, rembulan di luar sana cukup terang (bahkan terkesan dekat). Sayang, kamera handphone tidak mendukung untuk bisa mengambil terangnya cahaya rembulan. Tapi rugi dong bila tidak bisa menikmati bulan di malam hari. Matikan lampu, horden ditutup sedikit saja biar cahaya bulan menjadi sedikit penerangan. Ahhhh… ZzzZzz *lebay yaaa… Tapi ini seriusan deh.

Rabu, 11 Sept 2019
Rute di hari kedua kami pilih yang benar-benar walking distance. Checkpoint Charlie, Topography of terror, Brandenburger Tor, Memorial to The Murdered Jews of Europe jalan, Potsdamer Platz dan The Reichstag Building. Semua ditempuh dengan jalan kaki, dan cukup santai leha-leha di tujuan terakhir yakni Gedung Reichstag. Duduk manis sambil menanti matahari terbenam, sambil gaya gila bersalto etc. Semua oke, hingga tiba waktunya untuk pulang.

Memorial to The Murdered Jews of Europe

Karena sudah lelah jalan kaki, diputuskan untuk pulang menggunakan subway. Tiket dibeli. Kebetulan saya lihat ada mesin validate, jadi klik. Perjalanan pulang ini hanya beberapa stasiun, dan random cek tiket pun terjadi. Mulanya, gerbong diam sejenak sambil menunggu penumpang lain. Kami yang berdiri di tengah asik saja ngobrol, hingga tetiba ada suara dan keluar pintu dengan cepat pasangan cowok cewek dan seekor anjingnya. Untung anjingnya nggak kejepit.

Rupanya, teriakan itu penanda dari warga lokal bahwa ada petugas pengecekan tiket. Ita aman, terlewat begitu saja. Aye langsung bergerak duduk mendekati Mia dan Angel. Dannn.. di sinilah mulai Ohhh… Ohhh…

Baiklah, aye pribadi udah baca sebenernya kalau beli tiket salah tujuan akan ada denda sebesar EUR60. Dannn.. Bener adanya dong. Si petugas minta kita turun di stasiun berikutnya buat ngasih tau kalau kita kelebihan stasiun etc. Bla bla bla.. dan akan didenda. Karena Angel terlihat di bawah umur, akhirnya yang dikenakan denda hanya dua orang yakni aye dan Mia. Well, ada pilihan mau bayar atau tagihan akan dikirim dua minggu kemudian.

Buat foto ini aja mesti ngasih arahan biar gak kepotong bangunan etc 😀

Jauh dihati kecil emang udah berasa ini ada ‘sesuatu’, tapi karena nggak mau ribet. Akhirnya kita kasih dong EUR120 in cash ke dua petugas ini. Udah gitu, mereka yang janjiin mau ngasih tau rute kemana tetiba sudah hilang aja gitu mereka. Ya, sud kami lanjutkan aja perjalanan karena tinggal satu stasiun. Rasa gedeugg, penasaran dengan sistem transportasi di Berlin, kita sampai cari tahu benar tidaknya itu fine yang dikenakan. Bagaimana sistemnya etc. *Another lesson, pelajari rute perjalanan biar nggak salah beli tiket ya.

Malam sudah tiba. Lelah rasanya untuk memikirkan kejadian yang sudah terjadi. So, sebagian bebersih, sebagian masak untuk makan malam. Rembulan masih terang benderang, dan menemani waktu istirahat. Besok jadwal kami akan ke Potsdam dan harus berangkat pagi.

Spy Bridge yang populer di film-film

Kamis, 12 Sept 2019
Seperti yang aye tulis di atas, karena AirBnB dan share room, jelas harus tahu jadwal penggunaan toilet. Jadi pagi-pagi kami sudah lebih dulu bebersih dan bersiap diri.

Kota Potsdam lumayan jauh, jadi kami beli tiket ABC, yang bisa dipakai di kota itu. Meski sempat salah keluar pintu arah bus, beruntung kami bertemu pemandu wisata yang memberikan saran rute terbaik yang ingin kami eksplor.

Bradenburger Tor (Potsdam-Luisenplatz), Sanssouci Palace, Alexandrowka (Russian Colony), Dutch Quarter, dan terakhir Glienicke Bridge. Potsdam seperti kota tua, tapi sangat menarik. Penganan di Russian Colony, jangan tanya. Belum lagi sewaktu bisa benar-benar melihat jembatan Glienicke, wow pokoknya. Saking serunya, ratusan foto kita ambil di lokasi ini.

Melihat kota Berlin dari atas menara

Jumat, 13 Sept 2019
Hari keempat, kami kembali mengitari pusat kota. Gendarmenmarkt, Karl marx & Friedrich Engels, The Berliner Dom, naik ke puncak Berliner Fernsehturm (Berlin TV Tower) hingga jalan menelusuri Alexander Platz dan East side gallery.

Overall semua itinerary yang dibuat untuk Berlin semua terpenuhi kecuali Markthalle Neun yang buka hanya pada hari Kamis, sementara kami ada di Potsdam. Tapi semuanya oke dan menarik, bahkan terasa kurang karena tidak mendalami setiap area secara spesifik.

Sabtu, 14 Sept 2019
Pagi terakhir kami bersiap untuk menuju Eindhoven kembali ke Belanda untuk ragam keperluan roadtrip. Pagi-pagi kami menelusuri jalan untuk ke bus stop terdekat. Meski sudah tahu tidak ada mesin tiket di bus stop, tapi kami cuek aja naik. Hehehe.. walau hati tetap was-was jangan sampai ada petugas yang naik.

Pagi ini kami mengejar kereta menuju Eindhoven yang berhenti di Düsseldorf dan transit selama tiga jam sebelum lanjut bus ke Eindhoven. Ada cerita lucu nih, karena sudah yakin akan berhenti di Cologne Train Station, aye sudah kontak teman yang kebetulan tinggal di Koln. Dia bilang kebetulan banget ada Moon Festival di Katedral Koln.
Turun dari stasiun, cari-cari, putar-putar, di mana gerangan sosok teman CS aye itu. Ternyata saudara-saudara, setelah hampir setengah jam tengak-tengok, tempat pemberhentian kami a.k.a Düsseldorf masih dua stasiun lagi ke stasiun akhir yang dituju. Hahahaha… Alhasil tak jadilah bersua, tapi kami setuju untuk bertemu di Pasaraya Indonesia, hari Minggu esok.

Keliling mencari lukisan yang legendaris, “Mural Kiss” di east side gallery

Bersambung…

Categories: 2019, Travelling | Tags: , , , , , | Leave a comment

Post navigation

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.