Jangan Lupa, Lepas Kunci Sebelum Tutup Pintu

Siapa yang nggak mau lihat suasana ini langsung depan mata

Pernah nggak, secara nggak sengaja rumah terkunci secara otomatis dari dalam sementara kunci masih tergantung manis di pintu? Oh yeahhh… Itu pengalaman kami saat berada di rumah AirBnB. Kok bisa? Hehehe… Nih, cerita detilnya.

Minggu, 8 Sept 2019
Pengalaman menarik selalu saja datang setiap kali berpetualang, ke mana pun itu tujuannya. Eitss… Tapi jangan pula disalah artikan, kemenarikan ini tidak membahayakan kok. Malah boleh dibilang masuk dalam kategori pembelajaran. *ahh, lebayyyy… 😀

Melanjutkan dari cerita sebelumnya, usai bercengkerama dengan Tuan dan Nyonya rumah sampai lepas tengah malam, kasur pun memanggil. Emang ya, tinggal di Eropa itu selimut harus selalu mengikuti. Karena suhu di pagi hari bisa mencapai 10 derajat, angka ini cukup dingin apalagi kalau suhunya alami.

Jadi, kalau selama ini cuma lihat/tahu di film-film Eropa itu dingin dan mandi cuma sekali doang, ya wajarrrr… Karena aye dan teman-teman juga begitu, opsional deh pilih malam atau pagi buat mandi. Amannya sih malam aja, biar pagi langsung bebersih singkat dan cus. Jangan khawatir aroma tak sedap, karena biar panas tapi banyak angin dan nggak keringetan sama sekali.

Seperti yang kami lakukan. Bebersih cepat, sarapan seadanya dan langsung menuju Museum BroekerVeiling, di daerah Broek op Langedijk. Mulanya memang kami ingin mengunjungi pasar bunga, tapi karena tulips tidak ada, tempat ini jadi lokasi kunjungan alternatif.

Suasana country side dipilih biar beda dari trip lainnya. Pun, tinggal di pinggir kota itu jadi idaman banyak orang. Nggak heran, biasanya ada kawasan khusus lansia. Kompleknya tidak besar, tapi seluruh penghuninya adalah lansia mandiri alias tinggal sendiri. Seperti yang kami temui di area lelang tempat kami kunjung ini.

Dengan Opa Pieter, di perumahan lansia di kawasan Langedijk

Namanya Opa Piet (semoga spellling-nya benar), usianya 80 tahunan dan mungkin penasaran melihat kami foto-foto di area itu. Dengan ramahnya beliau keluar rumah dan menyapa kami para wanita muda (eaaaa…). Untuk lansia 80an tahun, Om Piet masih gagah, pun talkative layaknya para lansia yang sepertinya senang melihat wajah baru untuk diajak bercakap-cakap.

Saking senangnya, kami diperbolehkan berfoto-foto di depan teras rumahnya yang lengkap dengan kolam kecil dan bunga-bunga.

Keluar dari area Broek op Langedijk, kami melanjutkan perjalanan. Oh iya, di sepanjang jalan banyak terlihat kincir angin modern (bukan lagi berbahan dasar kayu). Tapi jangan khawatir, kincir angin kuno masih banyak dilihat di beberapa kawasan, terutama di Volendam. Yang menarik, dari informasi yang saya dapat, kincir angin modern itu dikuasai oleh beberapa perusahaan PLN dan setiap perusahaan selalu menawarkan harga bersaing. Jadi konsumen bisa memilih perusahaan mana yang menurut mereka pas. Kalau sudah tidak suka, ya tinggal beralih. *just a thought sih. Andai di sini juga ada opsi lain.

Berkunjung ke kawasan Schagen, di sini banyak hamparan perkebunan yang bila musim tulips bertebaran di mana-mana. Tapi karena musimnya sudah berlalu, tanah kosong dimanfaatkan untuk sayur mayur. Pun, saat berkunjung ke rumah Kak Nadine, salah satu teman Kak Ine, bisa dilihat kehidupannya sederhana loh. Karena makanan yang dikonsumsi sehari-hari merupakan hasil kebun. Kok bisa? Bisa dong, sistem barter masih berlaku di sini. Jadi, kalau ada hasil lebih dan produksi kebun berbeda setiap rumah bisa saling tukar. Seru banget, ‘kan?

Toko second hand, murah meriah dan masih sangat layak pakai

Nggak jauh dari situ ada toko second yang sering diburu tidak cuma para mahasiswa yang akan tinggal lama di Belanda tapi juga warga sekitar. Namanya Rataplan. Harganya terjangkau banget, barang-barangnya masih apik dan bagus. Malah kalau beruntung, dapat sesuatu yang wah dan nggak akan nyangka kalau itu adalah barang second.

Malam ini kami akan menginap di area Wassenaar, Den Haag. Menggunakan jasa AirBnB, satu rumah tiga lantai kami kuasai. Pemiliknya kami sebut Babang Army, karena banyak dokumentasi foto saat beliau bertugas. Ganteng? Lumayanlah. Hehehe… Tapi sebelumnya, mari berkunjung ke rumah teman yang menikah dan tinggal di Den Haag. Pun, emang sudah order Cwie Mie jauh-jauh hari.

Skip adegan kumpul makan, kami pulang, bebersih dan istirahat. Karena besok pagi ada perjalanan lain menanti. Selamat tidurrr… ZZzzZz…

Sambil menanti datangnya tukang kunci, belanja dulu

Senin, 9 Sept 2019
Layaknya hendak meninggalkan hotel, pemeriksaan tiap sudut dilakukan jelang kepergian. Lantai 3, all clear! Bergerak ke lantai dua, alias living room dan kitchen. Seduhan kopi dilakukan, foto-foto ya seperti biasa nggak boleh terlewat.

Begitu siap, satu per satu bagasi mulai turun. Lantai 2, all clear! Okay, lantai bawah masih ada koper/tas yang siap dipindahkan ke dalam bagasi mobil. Masih ada yang di toilet? Rasanya sudah siap. Tinggal satu bagasi yang siap dibawa keluar.

Aye dan Mia menjadi orang terakhir yang keluar rumah. Sambil membawa tas menuju mobil, tetiba Mia pun keluar dan pintu secara otomatis terkunci. Jrenggggg…. Jrengggg… Ternyata oh ternyata, kunci masih asyik tercantel di pintu. Ooppssss…

Kak Ine berasumsi karena masih banyak aktivitas di dalam rumah, kunci dengan manis tergantung di pintu. Alhasil, meski ada kunci cadangan pintu tidak bisa terbuka karena terhalang kunci yang nangkring dengan manisnya dibalik pintu.

Solusi terakhir, kami harus memanggil jasa servis pembuka kunci. Diperkirakan datang setengah jam, akhirnya kami jalan sejenak ke toko serba ada terdekat untuk apa… Borong oleh-oleh dong. Hahaha.. Aye pan anti beli oleh-oleh, jadi kalo udah ada di depan mata, sudah langsung beli aja biar sepanjang sisa perjalanan tidak perlu lagi beli-beli.
Hati senang oleh-oleh dapat, kami kembali ke rumah.

Depan rumah AirBnB yang mana kunci tertinggal di dalam

Si petugas jasa kunci belum tiba juga, jadi aksi yoga, foto, etc dilakukan biar nggak bosan. Ditunggu-tunggu, akhirnya tiba juga. Menanti hingga satu jam, kunci dibuka dan diganti tidak lebih dari 10 menit saja. Apaahhhh!!!! Oh iya, dengan profesionalnya hanya 10 menit dilakukan dan jasa yang dibayarkan termasuk mengganti gembok adalah €353. *That’s alot of money eh.

What’s done is done. Luckily, setidaknya insiden ini jadi bikin ketemuan sama Babang Army. Cuakeeeppp, eh lumayanlah ya. Hahaha.. *grin

Perjalanan kami lanjutkan ke Volendam, tempat Fotoshop ala-ala noni Belande jaman dulu. Tapi oh tapi, setelah parkir kok dari kejauhan terlihat ada keramaian. Ada apa ini? Ternyata oh ternyata… Ada Festival Kermis. Pesta di siang hari. Unik ya pesta kostum dan beers all over di siang hari 😀 Setelah perjuangan melewati sejumlah massa yang berkumpul, sangat disayangkan tempat foto tutup.

Lepas itu, kami harus bergegas menuju museum Van Gogh yang jadwalnya jam 4. Van Gogh jadi salah satu tujuan karena aksi lasernya. Sayang, ketika ditanya pertunjukkan itu hanya ada di Van Gogh Portugal dan Belgium. Well, yeah, okeh, tak apalah. Setidaknya benar bisa tahu siapa sosok Van Gogh ini.
FYI, ini museum cukup besar dan bertingkat. Pengunjungnya? Jangan tanya, sangat antusias dan kadang untuk masuk bisa antri panjang. Isi museumnya merupakan perjalanan hidup Van Gogh, penjelasan karyanya, serta ada juga pelukis yang terinspirasi oleh Van Gogh. Informasi pada setiap lukisan/frame dinding sudah sangat representatif, tapi untuk yang mau lebih detil bisa menyewa audio dan mengikuti runutan cerita.

Tempat Fotoshop ala noni Belande tutup, tapi ada Festival Kermis saat itu

Berbanding terbalik dengan para pengunjung di museum Tanah Air. Tidak ada antrian pada loket, atau antrian pada setiap karya. Sangat disayangkan.

Karena waktu pula, kami di-drop di Amsterdam Sloterdijk. Turis Jakarta ini hendak keliling Jerman, tepatnya Berlin. Sementara Kak Ine ada rute tersendiri bersama teman-teman lain menuju Maroko.

So, sampai jumpa di Berlin! Jangan lupa, gaes. Lepas kunci sebelum meninggalkan pintu. Lesson learned. Hehehe…

Bersambung…

Categories: 2019, Travelling | Tags: , , , , , , | Leave a comment

Post navigation

Leave a comment

Blog at WordPress.com.