Melihat Danau Kelimutu Dari Depan Mata

Menanti Tuan Mentari terbit di puncak Danau Kelimutu

Selalu ada yang menarik di balik setiap rencana. Seperti yang kami alami saat menjelajah Kota Ende. Sejatinya itinerary awal, indahnya Danau Kelimutu akan kami nikmati kala senja. Siapa duga perubahan yang terjadi, justru membuat kami kebagian hunting sunrise di lokasi ini.

Keseruannya jelas terlihat dari awal sebelum waktu tidur tiba. Sudah dijadwalkan, semua partisipan harus sudah standby di mobil pukul 04.00 pagi, agar bisa mengejar sunrise. Wanti-wanti jangan sampai ada yang telat pun terlontarkan. Meski kami menginap di daerah Moni yang lokasinya cukup dekat dengan Kelimutu, namun tempat kami menginap berpencar. Mau tak mau, harus sedikit strict. *hehehe.. belom lagi ada drama yang selalu telat

Dari rombongan dua elf, akhirnya elf putih yang lebih dulu lengkap dan berangkat menuju Danau Kelimutu. Tak sabar rasanya untuk bisa melihat danau yang biasanya cuma saya lihat di selembar uang lima ribu rupiah. Walau masih cukup gelap saat tiba, tapi kami semangat untuk naik.

Oh iya, tahukah kamu, danau tiga warna yang ada di sini merupakan kawah dari Gunung Kelimutu, salah satu gunung berapi di Flores. Lumayan bisa mendaki gunung ringan. Hehehe… Trek menuju Danau Kelimutu tidaklah sulit. Ada beberapa anak tangga di awal, kemudian jalan mulai super landai sampai tiba di titik, di mana ratusan anak tangga harus ditempuh untuk menuju menara pandang.

Oppsss… Jangan sampai salah naik anak tangga ya. Heheheh… Karena sudah terlalu excited, begitu melihat ada anak tangga, saya dan beberapa teman langsung naik. Jelas ini bukan titik menara pandang, karena di sini tempat untuk melihat Danau Koo Fai Nuwamuri Atapolo lebih dekat.

Melihat dari dekat Danau Kelimutu

Saat mulai menapaki anak-anak tangga, semburat matahari sudah menampakkan diri. Senang rasanya bisa berjumpa Tuan Matahari dari sisi Danau Kelimutu. Tak segan, kami pelan-pelan terus mendaki sampai puncak Menara Pandang. Udara yang segar dan cukup dingin, rasanya puas. Dari tempat matahari muncul, bisa dilihat dua danau warna bersebelahan. Kalau boleh jujur, warna yang terlihat sedikit saru antara biru, hijau, dan tosca.

Sementara satu danau lainnya, tepatnya berseberangan dari tugu Menara Pandang, warna danau terlihat berwarna hitam. Konon, tiga danau di sini memang bisa berubah mengikuti situasi perubahan peristiwa penting di Indonesia atau di Ende. Namun yang beredar di masyarakat setempat, kawasan Danau Kelimutu ini dianggap seperti kampung arwah lantaran masing-masing danau dipercaya sebagai tempat berkumpulnya arwah.

Danau Koo Fai Nuwamuri Atapolo dianggap sebagai tempat berkumpulnya arwah orang-orang jahat, sementara Danau Nua Muri Koo Fai dipercaya tempat berkumpulnya arwah muda-mudi, sedangkan Danau Ata Mbupu adalah tempat berkumpulnya arwah para orang tua. Kalau kamu, percaya yang mana?

Saat pagi di puncak menara pandang banyak monyet-monyet liar berkeliaran. Pastikan kamu tidak membawa makanan atau berusaha membuka kresek plastik, karena gerombolan itu pasti akan langsung menengok seakan-akan hendak diberi makanan.

Setibanya kami di titik awal naik (lahan parkir), istirahat sejenak di warung-warung yang tersedia. Kamu bisa menikmati telor rebus, mi instan, hingga kopi dan teh khas Ende.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Kota Ende

Perjalanan kami lanjutkan ke Rumah Pengasingan Bung Karno. Saat kami tiba di lokasi, museum ini tutup. Tapi karena si pemegang kunci tinggal tak jauh dari situ, akhirnya kami bisa masuk. Rumah pengasingan ini tidaklah besar. Tapi informasinya cukup lengkap, termasuk adanya surat keterangan kawin dan perjanjian cerai antara Bung Karno dan Inggit Garnasih. Ruang tamu dan ruang tidur, terjaga apik dan rapi. Sementara di bagian belakang masih terlihat dapur dan sumur yang terjaga. Seru, pokoknya.

Pantai Batu Biru

Jelang sore, kami menikmati dua pantai lainnya. Pantai Ende kami singgahi sambil menikmati makan siang. Kemudian kami lanjut ke Pantai Penggajawa atau lebih dikenal sebagai Pantai Batu Biru. Sambil menikmati sunset, suguhan pisang goreng dan kelapa muda, bikin suasana makin santai. Ini menjadi destinasi terakhir dari perjalanan Backpackerjakarta dari Labuanbajo menuju Ende. 

Categories: 2020, Travelling | Tags: , , , , , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.