Monthly Archives: February 2019

Pesona Gunung Bromo yang Tak Lekang Waktu

Hunting sunrise Gunung Bromo dari Pananjakan

Siapa pun pasti pernah mengunjungi Gunung Bromo. Masuk dalam kawasan Taman Nasional BTS (Bromo, Tengger, Semeru), gunung ini memang yang paling mudah untuk dikunjungi.

Pertama kali saya ke Bromo adalah saat masih kuliah. Kala itu saya lagi berlibur ke Yogyakarta, yang tetiba seorang teman Yahoo Chat! juga berkunjung dan mengajak ke Bromo. Ayuklah, kenapa tidak. Tapi itu berarti hm… sudah dua puluh tahun lalu. Wow…

Kini, saya kembali. Tapi langsung dari Kota Malang menuju Bromo. Kami pun sengaja menambah ekstra hari di Cemoro Lawang, agar bisa melihat Bromo dari Puncak Seruni Point.

Go-show aja di Cemoro Lawang, banyak kok tempat penginapan,” begitu kata Daniel. Okelah, jarang-jarang juga saya berpergian tanpa mengantongi voucher hotel etc. Tapi kuncen gunung bakal ikut serta jadi percaya deh. Hehehhe..

Cussss… Berangkat!!!

Sekitar pukul 01.30, masih di Hostel Mador kami bersiap untuk berangkat. Akan ada satu teman trip lagi yang akan bergabung dalam jeep. Namanya Dhea, CS asal Lampung yang juga sedang trip. Berlima, plus driver, kami pun cus. Perjalanan malam ditempuh biar kami bisa bersantai di pos Penanjakan sebelum melihat matahari terbit.

Seperti yang saya tulis di cerita-cerita sebelumnya, Pak Mentari hanya satu, tapi banyak masyarakat dan puncak bukit/gunung untuk melihat kemunculannya.

Benar adanya, kami bersantai sejenak minum kopi teh, makan gorengan, (indomie gak ya? lupa πŸ˜€), plus melipir ke toilet pastinya. Saatnya untuk naik perlahan ke pos pantau Pananjakan. Kami tidak bergabung di sini, karena terlampau ramai.

Daniel tahu benar sisi lain untuk bisa melihat sunrise. Plus, lagi ada yang kemping. Hahahaha… tenda, hammock, lengkap. Setelah berhaha-hihi, kami ijin foto dengan properti mereka. Perfect!

Lol, yang punya hammock ikutan foto πŸ˜€

Terbitnya Pak Mentari terhalang sedikit awan hitam, jadi tidak sesempurna biasanya. Nggak masalah, ya. Kami bisa melihat pesona BTS dari kejauhan dengan semburan warna orange dari Pak Mentari. Ditambah lagi dinginnya udara dan sejuknya angin, wihhhh… sempriwing πŸ˜€

Wokeh, mari lanjut ke Kawah Bromo. Untuk menuju Kawah, kami harus naik jeep lagi. Dilanjuti dengan jalan kaki. Wihh… iya, jalan kaki. Kami menolak naik kuda, walau Dhea mau banget naik kuda. Hahaha… Terus disemangati, ngobrol ngalor ngidul melewati Gunung Batok. Perlahan dan pasti, jalan kaki menuju kawah Bromo sukses! Jangan lupa hitung anak tangganya. Hehehe.. Usut punya usut, anak tangga sedikit berkurang karena bekas letusan Gunung Bromo, beberapa tahun lalu.

Senang bisa kembali melihat Kawah Bromo dari dekat. Waktu kedatangan saya pertama ke sini, wahhhh… berbangga hati karena bisa SMS orang-orang terdekat. Kala itu, operator Telkomsel berjaya sementara yang lain tidak ada sinyal. Hahhaa…

Tempat jeep kami parkir tampak kecil, kami pun tampak kecil di tepi Kawah Bromo yang masih diberi pagar pengaman.

Puas dengan pesonanya, kami pun harus mengakhiri perjalanan. Saya, Ita, dan Daniel akan ikut jeep sampai Cemoro Lawang, sementara Dhea akan kembali ke kota.

Jalan-jalan keliling desa, melipir karena gerimis datang

Go-Show mencari penginapan yang sepi pengunjung, pilihan jatuh pada Yog Homestay. Lumayanlah, dua kamar dengan kamar mandi + air panas. Toh, cuma semalam saja kami di sini. Lepas taro tas, rehat sejenak, kami pun memilih jalan-jalan di sekitaran. Hahaha.. Tapi karena emang jalan santai, dan rute mengitari kampung Cemoro Lawang masih jauh, kami pun kembali ke penginapan.

Sempat menikmati sunset dari di salah satu spot tak jauh dari penginapan, awan hitam kembali datang sementara Kawah Bromo masih terus mengeluarkan asap. Kami harus istirahat, bersih-bersih dan tidur. Besok pagi, kami akan menuju Seruni Point. Sisi lain untuk melihat BTS. Wah, tak sabar.

Dibangunkan saat masih gelap, kami pun bersiap. Kami harus berjalan di kegelapan menuju Seruni Point. Melintasi jalan yang sebenarnya sih tidak jauh, tapi karena masih gelap berasa sekali jauhnya. Hahaha.. alasan. Hingga tiba kami harus menanjaki sebuah jalan, hingga ke titik tangga.

Bertemu satu turis wanita, plus foto bareng dengan para guide lokal di Bukit King Kong

Dari situ kami menapaki tangga demi tangga sampai tiba di Seruni Point. Lokasi ini juga sudah ramai, jadi kami harus mencari spot. Sayang, sunrise kali ini pun sedikit terhalang awan hitam. Kami pun lanjut menapaki jalan menuju Bukit King Kong. Jalannya berliuk tapi tidak terlalu terjal.

Di sini kami bisa melihat hamparan BTS yang begitu cantik. Benar-benar deh, memanjakan mata banget. Setidaknya kami baru turun sekitar pukul 09.00. Kami harus kembali ke Kota Malang, untuk mengunjungi Museum Bagong dan Omah Munir.

Bolehlah kapan waktu kembali lagi ke sini untuk rehat sejenak dari kesibukan kota, menghalau polusi udara, dan menikmati suasana desa.

Categories: 2019, Travelling | Tags: , , , , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.