Monthly Archives: September 2017

Sawahlunto, Kota Kuali yang Memesona

Terminal kota Sawahlunto dan mini bus yang siap membawa ke Bukittinggi

Walau kotanya kecil, tapi bersih dan nyaman. Lokasinya menjorok ke dalam layaknya sebuah kuali atau wajan, nggak heran kalau kota ini disebut kota kuali.

Melanjuti cerita sebelumnya bahwa lepas dari Kota Solok Selatan, menuju Kota Solok, dan berakhir di Sawahlunto. Kami tiba di Sawahlunto jelang sore hari. Langsung menuju Hotel Ombilin, tempat kami menginap selama dua malam, Bu Netty seakan enggan untuk meninggalkan kami.

Ahhhh… Kami emang ngangeni ya, Bu. Hehehe… Terima kasih sudah menemani hari kami ke kota ini, plus menikmati suasana Kota Solok. Bila ada kesempatan, bolehlah kita bersua kembali.

Setelah rehat sejenak, Bu Netty dan Pak Supir memutuskan untuk kembali ke Solok Selatan. Wajar, jarak tempuh yang lumayan masih harus mereka tempuh. Kami sendiri, memilih untuk eksplorasi kota kecil ini.

Mak Itam, ikon khas dari Museum Kereta Sawahlunto

Sawahlunto ini memiliki tempat wisata yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Sangat pas buat saya dan Ita yang suka berjalan kaki. Seperti yang kami lakukan di sore itu, menikmati kota di alun-alun dan mencoba kereta odong-odong. Dengan Rp5.000 kereta odong-odong ini membawa keliling kota. Kota yang kecil tapi bisa melihat semua daerah wisata yang ingin kami kunjungi. Setidaknya petang itu kami tahu harus ke mana kaki melangkah esok hari.

Museum Kereta Api Sawahlunto, wajib kunjung. Apalagi ada Mak Itam yang kembali pulang ke tanah kelahiran. Sebagaimana diketahui hanya ada dua museum kereta di Indonesia. Satu di Sawahlunto dan satu lagi di Ambarawa, Jawa Tengah.

Museum Tambang, Museum Mbah Suro dan Gudang Ransum kami tempuh dengan berjalan kaki. Tapi tidak untuk Kawasan Silo Sawahlunto, kami harus naik ojek untuk menikmati kota Sawahlunto dari atas. Begitu pula dengan Danau Biru yang letaknya 20km dari kota. Setelah negosiasi dengan Bang Getuk, abang ojol dekat hotel, kata sepakat muncul, bahwa besok pagi pukul 07.00 kami siap dijemput dan berangkat menuju Danau Biru.

Danau Biru Sawahlunto

Hahaha.. luar biasa memang. Tepat pukul 07.00, saat kami sarapan, Bang Getuk dan rekannya sudah ada di depan hotel. Kenapa pagi, karena perjalanan menuju Danau Biru cukup jauh. Setidaknya satu jam, itu pun dengan jalan yang cukup mengguncang saat masuk ke kawasan danau. Karena kami tiba terlalu pagi, tidak ada penjaga di Danau Biru, jadi kami skip pembayaran tiket masuk. Angin semilir, langit nan cerah, dan danau yang memang biru sangat memukau. Sekitar danau memang agak gersang, karena kawasan ini dulunya merupakan kawasan pertambangan.

Sedikit bersantai menikmati suasana, sepulangnya dari Danau Biru kami minta diantar ke Museum Kereta. Selain karena satu arah, hari sebelumnya kami tidak bisa masuk karena tutup. Di sini kami sempat bercengkerama dengan petugas bahwa Mak Itam masih berfungsi dengan baik. Kereta yang menggunakan bara atau coal untuk pengoperasiannya akan keluar kandang bila ada event besar. Seru ya.

Baiklah, karena waktu yang memisahkan, kami harus bergegas ke terminal bus. Pasalnya, sore di hari sebelumnya kami dapat kabar ada mini bus yang standby untuk mengantar ke Kota Bukittinggi, dan kami akan ditunggu di terminal. Lari dan berjalan cepat, dan masih sempat makan siang, kami pun berangkat menuju Bukittinggi.

Overall, kota ini kecil tapi super nyaman. Setidaknya bila waktu dan rejeki mengizinkan, bisa kembali datang dan menikmati sejuk dan ramahnya kota ini.

Categories: 2017, Travelling | Tags: , , , , , | Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.