2018

Berbagi Keceriaan di SD Tempel Silo Jember

Sekolah kayu SDN Mulyorejo 02, Silo atau lebih dikenal dengan nama SD Tempel

Berawal dari foto di atas, kami tergerak untuk datang berkunjung. Siapa duga bantuan datang berlimpah dan membawa keceriaan bagi anak-anak sekolah di Silo, Jember.

Bersama Yayasan Kembang Sepatu Indonesia, tempat beberapa kali saya terlibat di dalam proyek pendidikan, ajakan untuk menengok sebuah sekolah kayu di Jember, pun saya iyakan.

Hanya dalam hitungan hari, persiapan dilakukan, termasuk meminta bantuan teman-teman. Rekan-rekan Hendri, memberikan donasi yang hasilnya kami belikan sepatu sekolah. Total dari jumlah tersebut, ada 32 paket yang bisa disumbangkan. Tapi berkat kembali datang. Rekan kami lainnya, Bram ‘nodong’ teman-temannya dan sukses membawakan tas serta kaos kaki.

Wow, yang paling mengejutkan datang dari Mas Amin, teman kami yang berada di Yogyakarta dan tinggal di Malang. Beliau bersedia menyediakan mobil untuk akses kami dan siap jemput dari Surabaya.

Ekspres dibuat malam sebelum keberangkatan

Biasanya, saya pribadi akan membuat boneka tangan sebagai bagian dari story telling. Tapi waktu yang mepet, muncul ide lain setelah melihat seorang teman asal Bandung, Ayu ‘Kuke’ Wulandari dkk membuat story telling dengan tokoh hewan dari kardus. Alhasil, nodong pria kesayangan untuk membuat 3 tokoh sederhana yang bisa membuat anak-anak ceria. Coret-coret dan potong, karya itu dibuat hanya dalam waktu 2,5 jam.

Selain dua rekan lain yang akan terlibat, Arno dan Uyi, Ita juga memberi bantuan berupa buku bacaan. Kebayang dong, berpa banyak troli yang harus kita bawa saat tiba di Surabaya. Hahaha.. Untung tidak over baggage (ini di lain cerita yah). Lol, preps di awal dan justru berlebih.

Sepakat di jemput di bandara, all set. Bagasi yang super banyak sukses masuk dalam mobil. Walau duduk saling berdempetan alias umpel-umpelan, tapi cukuplah.

Sebelum kami berangkat ke SD Tempel

Destinasi pertama mengunjungi Rezi, salah satu anak asuh YKS dari Situbondo. Dari situ kami langsung menuju Garahan untuk menginap di salah satu hotel. Dijemput Mas Fattah dan Pak Yayak (tengah – middle), Kepsek Mulyorejo 02, yang juga pemberi kesempatan bagi anak-anak untuk sekolah di “SD Tempel”, kami sempatkan sarapan pecel dekat hotel.

Nah, perjalanan menuju sekolah kayu dimulai. Mas Fattah dan Pak Yayak berboncengan dengan motor trail. Akses menuju sekolah memang harus melalui perkebunan cokelat. Hujan yang mulai turun hari sebelumnya membuat akses jalan untuk mobil terhenti karena longsor.

Kami harus berhenti sejenak dan membersihkan akses jalan agar mobil bisa melalui longsoran. Itu pun dibantu oleh pengendara-pengendara motor yang lewat sebagai pijakan roda mobil. Lagi-lagi perjalanan harus terhenti, mobil harus stop di kawasan mess karyawan perkebunan dan kami harus melanjutkan perjalanan dengan dengan motor.

Hujan hari sebelumnya membuat jalan tertimbun longsor

Jalan berkelok dan berlumpur, warga setempat banyak memodifikasi motornya. Saat musim hujan, dengan jalan yang tidak teraspal plus longsor, mau tak mau mereka menambahkan rantai pada roda agar bisa melalui jalan.

Sekolah kayu itu memang masih berdiri dan terdiri dari tiga kelas. Sementara bangunan hijau di bagian tengah merupakan bangunan pertama yang dibuat Pak Ngatijan, sang pelopor, yang berjuang keras mendirikan sekolah agar anak-anak di atas bukit ini bisa mengakses pendidikan dengan mudah.

Usai dongeng dengan kisah seadanya

Kami disambut meriah oleh Pak Ngatijan (paling kiri) beserta keluarga yang juga berperan ganda sebagai pengajar. Jamuan sederhana namun luar biasa membuat kami pun tak bisa berkata-kata selain berucap terima kasih.

Keceriaan yang kami beri hanyalah sedikit, tapi senang melihat anak2 tertawa ceria dan cerita tentunya saat pulang ke rumah.

Thank you Arno Kol, for your willingness spending time with our journey. Thank you so much untuk Yulia W. Aditama, salah satu orang tua asuh yang juga meluangkan waktu untuk hadir. Story telling kita memang tidak sempurna, tapi all of the sudden the story were there and we did it.

Para guru dan adik-adik usai berbagi bingkisan

Karena waktu jugalah, kami harus mengakhiri kunjungan. Ini merupakan foto bersama dengan pendiri SD Tempel, seluruh pengajar, serta Pak Yayak dan Cak Fattah, seorang guru pengajar yang berkat beliau kami tahu keberadaan sekolah ini.

Eh tunggu dulu. Walau trip kali ini lebih ke sosial, tapi karena masih satu perjalanan kami memutuskan untuk ke Kawah Ijen (for the 3rd time, yeahhh…). Kontak dengan CS Jember, Daniel, kami pun langsung berangkat. Malam itu perjalanan dalam mobil tidak sumpek, bahkan bisa ekstra Daniel.

Nih dua dokumentasi fotonya.

Untuk ketiga kalinya, Kawah Ijen tak sambangi

Siapa yang menolak bisa melihat jejeran gunung dari Kawah Ijen?

Categories: 2018, Travelling | Tags: , , , | Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.