Posts Tagged With: Jakarta

[Love Our Heritage] Walking Tour dan Pesona Istana Merdeka

Foto bersama komunitas Love our Heritage

Pekan lalu, 29 Juni 2013, saya mendapat kesempatan buat berkunjung ke Istana Negara. Iya bener, itu lho istana tempat tinggal/bekerja presiden. 

Jadi ceritanya begini… Dari saya kecil sampai seusia sekarang, sekali pun belum pernah masuk ke istana. Kagum sangat, bahkan tergila-gila melihat paskibraka saat upacara 17-an, kesannya sudah banget masuk ke istana. Kalo sekedar lewat sih sering, malah khatam buat rute Blok M-Kota. Anyway, ajakan itu datang dari komunitas Love Our Heritage (LOH), yang setiap bulan punya program untuk menjelajah tempat-tempat bersejarah. Kali ini temanya “Jelajah Jakarta Pusat, Dulu & Mendatang 2013”, dengan rute Museum Taman Prasasti, Istana Merdeka, Museum Nasional dan Jakarta City Planning Gallery. Nah, kayaknya sih rute istana jadi daya tarik sendiri. Soalnya, quota yang biasanya hanya mencapai 50 peserta, membengkak dua kali lipat (Salut buat LOH!). Ditambah lagi dengan masa libur sekolah, jadinya banyak adik-adik kecil berpartisipasi.

Ok, meeting point bertempat di Museum Taman Prasasti pukul 07.30 Wib. Karena peserta membludak, kami dibagi menjadi dua kelompok. Museum ini unik, karena dulunya adalah tempat pemakaman khusus orang asing di Batavia, tepatnya pada 28 September 1795 dan bernama Kebon Jahe Kober. Kala itu lahan makam mencapai 5,9 hektar, sayang kini menyusut drastis menjadi 1,3 hektar. Resmi menjadi museum pada 9 Juli 1977, terdapat koleksi nisan, prasasti dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer dan perunggu.

Patung malaikat di makam Soe Hok Gie

Di sini dulu pernah berbaring jenazah istri Raffles, tapi tenang… Seluruh jenazah sudah tidak ada lagi. Sebagian dipindahkan, sebagian dikembalikan ke negaranya. Sayang… (harus saya katakan sayang) karena museum ini tidak terawat dengan baik. Meski banyak prasasti nan indah, tapi kecacatan terlihat dari patahan marmer atau corat-coret dari tangan-tangan tidak bertanggung jawab.

Ketika kami masuk ke dalam satu ruang untuk melihat koleksi foto yang dimiliki, sangatlah miris melihat kondisinya. Langit-langit bagian luar bolong/bocor tak terawat. Alhasil banyak koleksi foto yang dimiliki hancur dan didiamkan begitu saja di atas meja. Padahal di ruang tersebut juga terdapat dua peti yang dilambangkan sebagai peti Presiden Soekarno dan Bung Hatta. Again, bagaimana mungkin dinamakan museum tapi tidak dirawat/dikelola dengan baik.

Matahari sudah mulai meninggi. Saatnya menuju Istana Negara yang ditunggu-tunggu. Asal tahu saja nih, syarat masuk ke istana cukup dengan menunjukkan KTP. Tanpa dipungut biaya, yang diperlukan hanya mendaftar dan menunggu antrian masuk. Oh ya, untuk masuk istana, tentu harus antri dan cara paling jitu adalah antri sejak pagi. Yup, rombongan kami mendapat nomor urut 1y dan jedanya cukup lama yakni satu jam menunggu. Tapi enggak apa, sangat layak untuk ditunggu. Sekitar pukul 10.00 rombongan kami akhirnya diperbolehkan masuk.

Syarat utamanya adalah semua jenis kamera tidak diperkenankan untuk dibawa. Semua tas pun harus dititipkan. Sebelum menjelajah, kami disuguhkan dengan sebuah video dokumenter berdurasi 13 menit. Di sini dijelaskan dengan rinci ruang-ruang yang tersedia. Lokasi pemutaran video sendiri mengambil tempat di lobby pelayanan rakyat. Anyway, karena lobby, kursi-kursi dijejerkan secara rapi dan video pun diputar. Kendalanya adalah rombongan kami harus bergabung dengan rombongan dua sekolah dasar. Komposisi kursi seadanya, membuat adik-adik SD ini tidak bisa melihat video secara jelas. Untung suara narasi video terdengar jelas di ruangan itu.

Kapan lagi bisa foto sekitar istana

Selanjutnya, dengan bis khusus, kami diantar menuju Wisma, tempat dahulu para tamu istana menginap. Di sini mbak pemandu siap mengantar kami keliling istana. Seperti biasa, kami kembali harus melewati pemeriksaan dan mulailah tur kami. Ada dua istana di komplek ini, yaitu Istana Negara dan Istana Merdeka. Masing-masing memiliki fungsinya. Karena tidak ada kamera tapi terus eksis, kami tak lupa berfoto bersama. Di sini ada tukang foto khusus dan bagi yang berkenan bisa menebus foto dengan membayar Rp 10rb. Tur sendiri berjalan kurang lebih 40 menit, dan dengan rinci si mbak menjelaskan ruang demi ruang. Termasuk menegaskan kembali untuk masuk ke dalam istana tidak dipungut biaya dan cukup mendaftarkan diri dengan KTP.

Usai berkeliling, mengambil tas dan menebus foto, walking tour berlanjut ke Museum Nasional atau dikenal sebagai Museum Gajah. Masa saya kecil, tepatnya SD, saya pernah berkunjung ke museum ini. Kalau tidak salah, dulu saya menyebutnya sebagai Museum Arca, saking banyaknya arca berjejer masa itu. Enggak heran sih, sampai tahun 2006 koleksi museum ini melebihi 140.000 buah. Wow! Meski takjub melihat banyaknya koleksi, sempat terlintas dalam benak, “Borobudur, Magelang, Jawa Tengah?” Yup, terakhir saya berkunjung ke borobudur tahun 2011 lalu dan ketika itu banyak kepala stupa yang hilang. Di Museum Gajah, ada juga beberapa potongan kepala dari stupa itu. Begitu juga dari daerah-daerah lain, seperti Dieng, Sumatra dan lain-lain. Rasa takjub semakin mencuat ketika kami menapak ke lantai dua. Di lantai ini, kamera sangat dilarang. Wajar, koleksi yang ada di sini terbuat dari emas. Oh ya, emas asli dari beberapa kerajaan yang pernah ada, Majapahit, Sriwijaya etc. Seru, unik, takjub, semua campur aduk. Begitu banyak histori yang kita punya.

Maket dari Jakarta City Planning Gallery

Usai berfoto ria di depan museum, langkah kami berlanjut ke Jakarta City Planning Gallery. Walau jam sudah menunjukkan pukul 12.00 tapi kami tetap melenggang. Pun sebagian peserta ada yang lebih dahulu pulang. Tapi kurang seru bila tidak melengkapi tur. Pasalnya, galeri ini punya segudang informasi rencana kota, di masa lalu, sekarang dan masa datang. Terdapat maket utama berskala 1:750 seluas 64,8m2. Tidak lupa, galeri ini dilengkapi dengan panel informasi serta multimedia. Lengkap! Asal tahu saja, galeri ini diresmikan pada 29 Januari 2010 dan terbuka untuk umum bagi masyarakat yang ingin mengetahui rencana kota.

Tidak terasa, tur harus berakhir. Lelah sih, tapi banyak informasi yang kami dapat. Toh, diharapkan walking tour ini menjadi sebuah perjalanan inspirasi di mana siapa tahu kami bisa kembali berkunjung bila ingin eksplor lebih jauh.

So, kenali kota Jakarta lebih dekat. Enggak perlu tergesa-gesa, karena banyak objek yang bisa dilihat. Yang penting bagaimana kita, sebagai generasi muda, mau menjaga dan melestarikannya. Ayo, jadikan sejarah bukan hanya sebagian masa lalu tapi juga bisa menjadi cerminan bahwa kita bisa belajar lebih banyak dan bijaksana (hahaha.. Diakhiri dengan sok wise deh…).

Categories: 2013, Travelling | Tags: , , , , , , , , , | Leave a comment

Blog at WordPress.com.