Posts Tagged With: Kawah Putih

Berburu Foto dan Silaturahmi Keluarga RKF

Workshop kecil bersama keluarga RKF Bandung

“Saya penikmat foto, sesekali berburu objek, dan selalu berharap foto yang saya upload bisa bermanfaat alias tak hanya cantik tapi juga informatif” #idealis-dikit-ahh

Dulu, foto menjadi pendukung tulisan saya. Yup, dunia jurnalistik semakin menarik bila ditambah bumbu visual berupa foto. Walau harus saya akui, hasil jepretan saya masih banyak kekurangannya 😀 Ikut dalam sebuah komunitas fotografi jujur menyenangkan, banyak view cantik yang menyegarkan mata setiap harinya. Sayang, saya sendiri jarang menghasilkan foto yang ciamik versi teman-teman komunitas.

Berbulan-bulan sebelum hari ‘H’, teman baik asal Singapura, sudah meminta saya untuk ikut bersilarutami dengan keluarga besar komunitas Rumah Kayu Fotografi, Sabtu – Minggu (20-21 Juli) di basecamp Cijerokaso, Bandung. Saat tiba hari ‘H’ itu, rasanya campur aduk, antara benar-benar newbie, malu, segan dan minder. Ini berbanding terbalik dengan rasa teman jauh yang benar niat datang ke Bandung dan super excited, he said (it’s you Hadi, hehe…). Karena satu insiden (insiden bukan ya ‘Yo?), keberangkatan dari Jakarta harus mundur dua jam. Beruntung perjalanan menuju TKP lancar jaya dan kemacetan di akhir pekan tidak terlalu jadi soal.

Setibanya kami, acara workshop sudah dimulai. Ahhh.. Sayang kami telat hingga satu jam, jadi tidak semua materi bisa saya/kami serap dengan baik. Workshop kali ini, mengupas soal Nirmana-bagaimana cara membangun rasa yang dibagikan oleh Ibu Ken Atik. Saya tiba ketika tembang semusim diputar, dan teman-teman RKF menempel kertas warna-warni di atas kertas. Tak paham akan apa yang harus saya lakukan, tempel sembarang pun dilakukan. Alhasil, gatot alias gagal total 😀 hehehe..

Seru sih, semuanya wajah baru kecuali Hadi dan Ryo yang sudah saya kenal serta Pak Fendi yang merupakan mentor saya sewaktu ikut kelas Neumatt. Di sini semua bergembira, semua mendengarkan dengan seksama dan semakin bergembira begitu azan Magrib tiba. Secara resmi, tidak ada perkenalan sambil berjabat tangan (well, setidaknya dua-tiga orang). Tapi sambutan yang saya rasa sangat hangat, dan meleburkan rasa ‘malu’ itu. Workshop semakin intens begitu ditarik kesimpulan. Beragam karya teman-teman lewat tempelan kertas warna-warni, memiliki judul dan diterjemahkan. Seperti lagi belajar psikologi, cerita pun muncul. Bagaimana ada rona warna-warni tapi ada hitam di tengahnya, mengapa? Warna Hitam ini pun dikupas.

Menurut Ibu Ken, “Hitam itu adalah warna katalis. Warna yang bisa menunjukkan kesedihan, kemewahan ataupun ilmu tingkat tinggi.”

Pertanyaan demi pertanyaan diajukan, tak terkecuali nirmana yang menjadi pembicaraan hangat selama workshop. Versi Pak Fendi, lewat tembang semusim, beliau ingat akan musim haji, karena ingin naik haji. Apa yang disimpulkan sungguh sederhana. Secarik kertas diambil dan ditempelah warna hitam pada bagian tengah. Hasilnya, seperti “Ka’bah yang dikelilingi oleh para jemaah”. Wow! Tak pernah terlintas dalam benak saya, hal sesederhana itu bisa mewakili ‘rasa’.

Penjelasan demi penjelasan dipaparkan, tapi waktu pula yang harus membuat workshop harus berakhir. Sebagian teman-teman ada yang pulang, sebagian tiggal hingga larut malam bercengkrama dengan mendiskusikan tentang fotografi. Yang paling seru adalah, pembagian cokelat. Yihaaaa… Siapa yang tak senang bisa mengantongi cokelat asal Negeri Singa sebagai oleh2. Kabarnya nih, total cokelat yang dibawa hampir mencapai 9 kg (LOL, thanks berat Hadi. You are awesome).

Kendati workshop telah usai, tapi malam belum usai. Sebagian bercengkrama di luar, sebagian di ruang tengah. Diskusi ringan mengenai banyak hal dibuka. Saya sendiri berkesempatan untuk ngobrol bareng Ibu Mei, Teh Inong, Fajar, Kuke, Ryo, Hadi ditambah Bapak-bapak yang sudah tergeletak untuk tidur dan kemudian beralih jadi ajang pijit 😀 hihihi.. Suasananya benar ramah dan sangat kekeluargaan, seru!

Waktu mulai menunjukkan tengah malam, saatnya berbaring sejenak dan memejamkan mata. Karena sudah dijadwalkan usai sahur, kami akan berangkat menuju Kawah Putih Ciwidey. Yup, untuk sesaat rumah kayu mulai hening sebelum akhirnya jelang pukul 03.30 geliat kembali terasa. Sahuurrr… sahuurrr… Sahurrrr…

Perkebunan teh di Gunung Patuha

Menuju Kawah Putih Ciwidey
Kami berkonvoy menuju Kawah Putih, setidaknya ada enam mobil. Saya sendiri ditampung dalam mobil milik Pak Rubi Robana, bersama dengan Ryo, Kuke, Mbak Andrie, Al yang adalah cucu Pak Rubi, di kursi belakang. Saya pun lupa nama Bapak yang duduk di samping Pak Rubi (punten Pak). Karena kurang tidur, di mobil sebagian terhayut dalam mimpi sesaat (dududu… Maaf ya Pak Rubi, gak pergi gak pulang, tidur terus nih 😀). Kira-kira pukul 06.30 kami tiba di Ciwidey, seru nih masuknya Gratis.

Wah! Menariknya lagi, bila biasanya ke kawah putih hanya bisa dari jalur biasa, kali ini kami diajak melintasi hutan, melihat perkebunan teh, ditemani riuh reda salakan anjing-anjing penjaga kebun (sepertinya sih lagi mengusir babi hutan), sebelum mendaki hingga ke puncak dan melihat kawah putih dari atas. Luar biasa, trek pendakian bukanlah hal mudah. Jalan setapak (benar-benar setapak), belum lagi tanjakan yang super curam tanpa ada pegangan, pun bila ada berupa batang pohon usang, yang berbunyi ketika tangan mulai memeluk.

Salut buat keluarga RKF, perjuangan ke atas tidak sia-sia dengan pemandangan yang cihuy, ditambah dengan nuansa nirmana-alunan tembang neng kuke, menambah hidup nuansa kala itu. Bagi beberapa orang, mendaki ke puncak merupakan hal yang luar biasa, kondisi yang tidak biasa ditambah dengan sedang berpuasa, butuh perjuangan yang tidak sedikit (four thumbs-up 😀). 

Walau hanya sebentar, ditemani empat (bener ‘kan ya neng Kuke-4 lagu?) lantunan tembang neng Kuke, matahari yang sepertinya enggan untuk menyapa dan bersembunyi dibalik awan, tidak mematahkan semangat untuk terus berburu gambar. Hingga saatnya kembali turun ‘gunung’ dan menikmati kawah dari dekat. Acara foto bersama, yang merupakan pamungkas, menjadi menarik karena mengandalkan timer serta shoot 3-5x. Oyeee.. Dijamin posisi netral sampai aneh pun dilakoni. Hahaha.. Canda kebersamaan menyertai akhir pekan saya dengan sempurna. Bertemu dengan teman-teman baru, keluarga baru, serta petualangan baru, semakin menghidupkan ‘rasa’.

Kawah Putih dari atas Gunung Patuha

Saatnya berpisah dan kembali ke aktifitas masing-masing. Perjalanan saya masih panjang untuk kembali ke Jakarta bersama dengan Ryo. Terima kasih Pak Rubi yang sudah memberikan tumpangan baik pergi dan pemberhentian terakhir di area station. Terima kasih kepada keluarga Siregar, sebagai empunya Rumah Kayu, atas kesempatan untuk bisa bersua langsung dan diterima dengan hangat. Terima kasih untuk seluruh teman-teman RKF baik dari Jakarta, maupun Bandung yang sebagian saya tidak ingat. Maaf bila ada kata-kata atau perilaku yang tidak pantas selama silaturahmi. Semoga kekeluargaan ini tidak berhenti sampai di sini.

—end of the story—

Categories: 2013, Travelling | Tags: , , , , , , , | Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.